[CURHAT] - MIMPI SEDERHANA?

Iseng aja post ini. Cuma sedikit curahan hati. Bisa kalian skip jika tidak ingin dibaca. :)

*** Postingan ini dibuat sebelum pandemi melanda. Sudah terlalu lama berdiam di draft saya. Akhirnya setelah dibaca ulang, saya menyadari, sekali-sekali tidak apa-apa untuk membagikan apa yang selama ini saya pendam.

Jadi, hari ini saya tidak masuk kantor, karena harus check up ke RS. Yah, maklum sudah umur. Hahaha. Tapi, yang mau saya ceritakan disini bukan masalah penyakit saya. Tetapi, me time saya di hari libur.

Saya bukan orang dengan tipe suka izin atau tidak masuk kantor. Malah termasuk tipe yang terlalu bekerja keras, padahal mungkin tidak perlu. Yah, walaupun pekerjaan saat ini termasuk pekerjaan yang melelahkan dan terlalu banyak menguras pikiran.

Tapi, sejak menghabiskan waktu di rumah sendiri (di luar hari libur tentunya), saya jadi makin berpikir untuk segera resign dari kantor. Saya jadi semakin sensitif, dan melankolis saya muncul. Imajinasi pun jadi keluar. Seperti contohnya, saya lebih suka menghabiskan waktu untuk menonton dan berimajinasi.

Lalu, munculah sebuah pertanyaan

Apakah saya aneh? 

Seperti hari ini, saat saya menulis blog ini. Rasanya, kesedihan dan kesenangan tercampur aduk. Saya melihat orang di RS, di jalan, di restoran dan tiba-tiba terpikir, apakah orang tersebut bekerja? Atau wirausaha? atau sedang mencari pekerjaan? Baru saja di PHK?

Ya, saya tahu, saya harus bersyukur, akan tetapi, tetap saja rasanya kepala seperti ingin meledak. Bayangkan, saya bahkan tidak mau tidur walaupun sudah sangat mengantuk dengan alasan hanya tidak ingin cepat-cepat pagi hari untuk bekerja. 

Apa ada yang seperti saya?

Dan munculah kembali pertanyaan baru.

Tapi, jika saya resign, apakah saya akan hidup lebih berbahagia? Siapa yang bisa menjamin? 

Karena, seperti kata Alkitab di agama saya, kalau tidak bekerja tidak usah makan. Sangat sulit untuk menjawab pertanyaan saya itu.

Dari dulu saya berpikir untuk membuka bisnis, tapi pada akhirnya saya sendiri tidak bisa disiplin terhadap waktu. Setelah selesai bekerja, waktu yang saya pergunakan justru untuk kesenangan daging saya. Contohnya : Nonton Kdrama sampai malam hari. Yang notabene ingin saya kurangi.

Di umur saya yang sudah cukup tua, saya tentu harus sadar, bahwa gak semuanya bisa sesuai dengan apa yang saya kehendaki. Tapi, apa adil kalau dari kecil saya selalu merasa kosong?

Untuk urusan pertemanan, juga rasanya sedikit di luar nalar. Teman dekat saya terhitung dengan jari. Tapi saya bersyukur untuk ini, karena saya berada di lingkar pertemanan yang sehat dan bisa membangun saya lebih baik.

Akan tetapi, jika waktu bisa diputar ulang, dan Tuhan memberikan pilihan apakah saya mau tetap hidup seperti saya yang sekarang? Mungkin jawabannya tidak.

Bukan karena saya tidak bersyukur. Akan tetapi, saya ingin berubah menjadi manusia yang lebih baik. Tidak selalu khawatir, tidak takut untuk mengungkapkan pendapat, tidak minder, bisa terbuka dengan semua teman. Dan jika bisa, saya ingin menjadi seseorang yang lebih sering tersenyum dibanding menangis.

Banyak pilihan yang saya sesali sejujurnya.

Sehingga sekarang saya berpikir, akan jadi apa saya jika saya memilih pilihan hidup yang saya inginkan. Apa masih sama seperti sekarang? Apa saya akan menjadi orang yang lebih berbahagia? atau justru orang yang semakin depresi?

Hari ini, saya mendengar suara bising keramaian kendaraan dari rumah saya, dan melihat ke langit terang dari jendela rumah. Saya hanya bisa memejamkan mata, lalu tersenyum dan membayangkan saya sedang ada di pantai dan mendengarkan suara deburan ombak.

Yah, walaupun kemarin kami ke Bali, tapi pantai sekarang sudah sangat ramai. Saya ingin sekali ke pantai yang sepi dan deburan ombak kencang. Hanya tidur beralaskan pasir dan berselimutkan awan.

Sederhana kan? Mimpi saya. :)

***Gambar diambil dari pinterest dan tidak mencantumkan siapa yang membuat ilustrasi ini.