Welcome

God is good all the time

Kamis, 30 Agustus 2012

BACK TO THE PAST [Vina]


             -Masa depan dimulai dari masa lalu- 

Judl : FATE ?

          Aku terpana melihat kemegahan sebuah istana dihadapanku ini. Berkali-kali pula aku mendecak kagum dengan keindahan pemandangan yang menjadi latar istana ini. Bagaimana tidak? Hutan rindang dan air mancur yang seakan menari mengelilingi istana ini. Pilar-pilar besar menyerupai koloseum berdiri kokoh diantara gerbang istana yang terbuat dari..Hmm..aku belum pernah melihat struktur kayu ini sebelumnya, tapi sepertinya dari kualitas yang terbaik. Belum lagi ditambah hiasan berlian di gagang pintunya. Benar-benar mewah. Tapi, yang harus aku lakukan sekarang bukanlah mengagumi keindahan istana ini. Yang harus aku tahu sekarang adalah dimana aku berada, kenapa aku bisa tiba-tiba disini? Seingatku tadi, aku sedang berada di perpustakaan sekolah. Tapi kenapa tiba-tiba aku bisa berada di dalam hutan rindang dan dikejar oleh beberapa orang yang tidak kukenal sampai akhirnya aku menemukan istana ini?
            “Putri Gretha… Akhirnya kami menemukanmu. Ayo, kita harus segera bersiap.” Ah, lagi-lagi aku harus kabur dari kejaran orang-orang yang tidak aku kenal ini. Tapi, tidak bisa, kali ini mereka berhasil menangkapku. Curang! Mereka bertiga dan aku hanya sendiri.
“Gretha? Aku bukan Gretha. Kalian salah orang!” berulang kali aku mencoba melepaskan diri, tapi tidak bisa. Sedari tadi mereka terus mengejarku dan terus memanggilku Putri. Hei! Aku hanya seorang anak SMA tahu!! Dan namaku Rin!
Mereka membawaku masuk istana dan mengantarku ke sebuah ruangan yang aku yakini adalah tempat tidur putri yang sesungguhnya. Namun, sepertinya tempat ini terlalu besar untuk disebut ‘tempat tidur’. Dua orang berpakaian seperti pelayan datang dan mulai merias wajahku. Aku hanya bisa pasrah. Aku bahkan tidak tahu aku ada dimana.
“Maaf. Tapi aku benar-benar bukan Gretha. Memangnya ini dimana? Tahun berapa?”
“Putri, anda bisa saja. Ini kan di Verland. Tahun 1828.” Ia berujar sembari terus menyisir rambutku. Sementara aku hanya bisa terbengong. Verland? 1828? Beribu pertanyaan muncul di benakku. Seseorang tolong aku! Kumohon!
“Baik. Sudah selesai. Anda cantik sekali.” Aku melihat pantulan diriku di cermin. Ya. Mereka memang hebat, bisa membuatku yang biasa saja jadi terlihat seperti Putri sungguhan.
“Hmm.. Memangnya kita mau kemana?” Aku berdiri dari kursiku. Badanku sedikit oleng, ternyata heels yang kupakai ini terlalu tinggi dan gaun indah ini terlalu berat. Aku tak tahu kalau ternyata menjadi seorang Putri itu sangat tersiksa.
“Hari ini kan pesta pertunangan anda Tuan Putri.” Pelayan itu tersenyum menggoda. “Apa? Tunangan?” Ia mengangguk dan menggiringku kebawah. Aku menyerah. Begitu banyak orang di ballroom kerajaan, semua terlihat memakai pakaian bangsawan seperti di film-film. Begitu aku turun, mereka langsung bertepuk tangan. Yang bisa aku lakukan hanya menebar senyum. Lagipula, tidak mungkin aku kabur dari sini dengan pakaian berat seperti ini.
“Gretha. Kau cantik sekali hari ini.” Suara seorang pria membuyarkan lamunanku. Sedikit tersentak aku menatap wajahnya. Aku terkejut. Sangat terkejut bahkan, pria ini mirip sekali dengan Ken teman sekolahku. Ia menjulurkan tangannya dan secara spontan aku membalas uluran tangannya. Ia mengecup punggung tanganku, yang kontan membuat wajahku memerah seperti kepiting rebus. Aku tarik kembali ucapanku, wajahnya memang mirip dengan Ken tapi kepribadiannya berbanding terbalik. Ia baik, manis, berwibawa dan yang pasti romantis. Sedangkan Ken, ia hanya bisa menjahiliku dan tidak ada romantis-romantisnya! Pria itu mengambil sesuatu di sakunya dan mengaitkannya di leherku. Sebuah kalung dengan bandul Kristal berwarna biru sapphire. Cantik sekali.
“Terima kasih.” Ujarku tersenyum. Ia menggandengku dan kami berjalan berdampingan menuju singgasana. Namun, tanpa sadar kakiku terselip gaun dan terjatuh. “Aw..Sakittt..” aku mengelus pinggangku. Eh? Aku memandang sekitarku. Aku kenal tempat ini. Perpustakaan sekolah!! Aku kembali!! Aku kembali!!
“Hoi.. ngapain kamu duduk di situ Rin? Kurang kerjaan.” Ken berlalu sembari melambaikan tangan. “Huh!” aku bangkit dan mulai membereskan buku yang kupinjam dari perpustakaan. Tanpa sadar ada sesuatu yang terjatuh dari tanganku. Benda berkilauan berwarna biru sapphire. “Ini..Kalung ini kan..” Jadi, semua itu nyata? Aku tidak bermimpi tapi benar-benar pergi ke masa lalu? Jadi.. Pangeran yang aku lihat? Jangan-jangan..“Ken.. tunggu. Aku mau cerita nie.” Aku mengejarnya. “Cerita apa sih? Pasti gak penting deh.”
“Enak saja..” Ia berjalan cepat tapi aku berhasil menyesuaikan langkahku dengannya.
“Huh! Dimasa lalu kau itu tunanganku tahu.” Ucapku nyaris berbisik. “barusan kamu ngomong apa? Gak kedengeran.” Ia menoleh ke arahku dan aku langsung menggeleng keras. Bisa gawat kalau sampai dia mendengar suaraku.
“Tadi mau cerita apa?”
“Gak jadi.”
“Heh??” Aku hanya tersenyum lebar dan terus saja berjalan tanpa memperdulikan Ken yang kebingungan. Sebenarnya, aku masih bingung kenapa aku bisa kembali ke masa lalu tapi.. sudahlah, biar saja ini menjadi rahasiaku. Rahasia yang kusimpan sampai suatu saat nanti ada seseorang yang mengalami hal yang sama denganku.
–END-



Selasa, 14 Agustus 2012

Menunggu



Lelah..aku coba berdiri dari keterpurukan ini dan terus melangkah.. Walau rasanya sulit sekali untuk bergerak bahkan untuk bernafas aku tetap mencoba dan terus mencoba..
Langkah kakiku terhenti, kembali aku merasakan sakit yang amat sangat. Ku hela nafas panjang dan mencoba melangkah.. 1 Langkah.. 2 Langkah.. Gemetar, kakiku gemetar dengan hebat. Seakan tidak kuat menopang tubuhku, aku berusaha menjaga keseimbangan agar tidak jatuh lagi. Karena aku tau begitu aku jatuh, aku tidak bisa dengan mudah bangkit kembali. Sekuat tenaga aku menahan diri untuk tidak menangis, tapi..tapi..tidak bisa! Pertahananku runtuh, terisak, aku memukul-mukul dadaku. Sulit bernafas. Begini toh rasanya! Kehilangan seseorang yang kita sayangi, kehilangan seseorang yang berarti untuk kita. Aku terjatuh kembali. Rasanya kakiku sekarang belum cukup kuat untuk menopang tubuhku ini. Karena separuh dari kekuatanku juga ikut hilang bersama dengan perginya dia ke tempat yang tidak bisa aku tuju.
Sekarang, aku hanya bisa menunggu, hilangnya perih ini, hilangnya sakit ini, menunggu kaki ini kuat untuk melangkah lagi, akan menunggu dan terus menunggu. Di tempat ini, tempat kenanganku bersamanya..