Selamat ulang tahun kami ucapkan..
Selamat panjang umur, kita kan doakan..
Selamat sejahtera sehat sentosa..
Selamat panjang umur
Dan bahagia..
***
Suara riuh gemuruh para muda mudi memecah keheningan cafe ini. Aku
menoleh dan memusatkan pandanganku pada seorang gadis cantik yang sedang
tertawa lebar. Matanya terlihat berbinar. Aku tahu dialah ‘ratu’ malam
ini, ketika sebuah kue besar berwarna pink tiba dihadapannya. Seperti
disengaja, kue itu berwarna serasi dengan gaun yang dikenakannya.
Sebelum meniup lilin, sekali lagi lagu Selamat Ulang Tahun berkumandang
dengan riuhnya..
***
Dan bahagia..
Dan bahagia..
Kata-kata itu terus terngiang-ngiang ditelingaku. Akibat muda-mudi
ini, sekarang aku mual karena kalimat terakhir dari lirik lagu itu
melekat erat di otakku. Kenapa harus lagu ini? Kenapa harus di tempat
ini? Kenapa harus sekarang ini?
“Rin.. Selamat Ulang Tahun!” Seorang pria menjulurkan satu buket
bunga mawar merah ke hadapanku, tapi segera kubalas dengan tatapan
tersinis yang aku punya.
“Ini terakhir kalinya. Aku janji! Tapi, tolong lupakan kejadian 3 tahun
lalu itu. Hari ini Ulang Tahunmu, dan itu adalah sesuatu yang patut
dirayakan” kulihat wajahnya memelas. Tidak berbeda, selalu menyebalkan.
Aku bangkit dari kursiku dan membuang bunga itu ke lantai. “Sesuatu
yang patut dirayakan katamu? Kamu harus ingat, sampai kapanpun aku akan
mengingat hari ini!” Dan kemudian aku berlalu darinya. Meninggalkan
cafe, buket mawar merah, dan pria bodoh itu.
Dan bahagia..
Dan bahagia..
Mana mungkin bisa kulupakan! Mana mungkin aku bisa bahagia, tepat
pada hari ini, di tempat ini, ulang tahunku dan.. hari kepergian
kekasihku untuk selamanya..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar