Welcome

God is good all the time

Rabu, 24 Oktober 2012

Motivasi Menulis!


Setelah membaca beberapa artikel dari web Penerbit Mizan. Saya menemukan satu artikel yang menarik perhatian saya (yang saya yakin juga dapat membantu para penulis diluar sana). Saya akan copas artikelnya di blog saya -namun tetap mencantumkan source asli ke web mizan yang adalah asal sumber artikel ini- tapi, bedanya saya ingin membuat catatan-catatan kecil sesuai dengan pengalaman saya menulis. Mungkin juga beberapa dari anda akan berpikiran sama. Note yang saya beri warna merah adalah komentar saya, bukan dari sumber artikel. Okay, here we go~.


Ingin menjadi penulis hebat, tetapi tidak pernah bisa menuliskan cerita Anda dengan baik? Punya banyak ide menakjubkan, tapi selalu berhenti di tengah-tengah? Banyak sekali alasan-alasan yang membuat seseorang berhenti menulis. Padalah semuanya hanyalah alasan klise, dan bisa ditangani dengan niat yang kokoh dan juga komitmen.
Berikut tujuh hal yang sering dijadikan alasan bagi orang-orang untuk tidak melanjutkan tulisannya. Apakah tujuh hal ini juga terjadi pada Anda?

Tak ada perlengkapan hebat
Penulis-penulis hebat menuliskan kisah-kisah mereka dalam pena bulu yang terbuat dari angsa emas. Atau dengan pena mahal, di bawah sebuah pohon rindang yang dikelilingi oleh rerumputan dan padang bunga yang harum. Banyak orang yang terlalu penasaran mengenai alat-alat yang digunakan para penulis hebat untuk menuliskan cerita mereka. Kenyataannya, semua hal itu bukanlah masalah. Jika Anda tidak mendapatkan inspirasi ketika menulis dalam selembar kertas putih, maka cobalah menggantinya dengan kertas lain. Yang membuat seseorang menjadi penulis hebat bukanlah peralatannya, tetapi kemampuan mereka untuk terus menulis. Kapanpun, dimanapun, dengan alat apapun.
Nb : Yang ini saya setuju, setiap penulis yang ingin menorehkan isi pikirannya ke sebuah tulisan hanya memerlukan media bolpoint dan kertas saja. Tidak perlu sampai membeli sebuah kanvas besar atau cat air untuk menulis, karena media itu hanya untuk pelukis. :))

Kalimat pembuka yang sangat buruk
Percaya atau tidak, kalimat pembuka yang buruk justru merupakan anugerah yang harus Anda syukuri. Kenapa? Karena Anda akan menulis kalimat-kalimat berikutnya dengan lebih baik lagi.
Nb : Ini saya banget! Saya akan menceritakan pengalaman saya sedikit panjang disini. Saat pertama membuka halaman MS. Word, kepala saya sudah dipenuhi oleh adegan-adegan seru yang sepertinya hanya bisa saya bayangkan dan susah untuk dituliskan. Itulah yang membuat saya awalnya minder saat membuat novel. Bahkan semangat saya sudah runtuh dengan kalimat pembuka yang menurut saya kurang 'menjual' untuk pembaca penasaran hingga ke akhir. Dan inilah yang kadang membuat saya selalu berkutat di halaman awal tulisan saya saja, dengan tujuan untuk mempercantik kalimat pembuka. Dan kadang dengan keadaan seperti itu, malah membuat saya down dan malas untuk melanjutkan ke cerita berikutnya. Saya juga tidak bisa merealisasikan adegan dalam pikiran saya ke sebuah tulisan dan itu adalah penyesalan saya. :(

Takut diprotes
Mungkin Anda merasa takut jika karakter dalam cerita Anda terlalu mirip dengan orang dekat yang Anda kenal—mungkin keluarga atau rekan, dan Anda merasa takut jika mereka tersadar dan melancarkan serangan pada Anda. Ketika pikiran Anda mulai mengkhawatirkan hal-hal semacam itu, fokuslah pada tulisan Anda sendiri. Rangkai kata demi kata sebaik mungkin sesuai dengan yang ingin Anda tuliskan, karena hanya itulah tugas Anda sebagai seorang penulis.
Nb : Ini masih sangat menaungi pikiran saya. Bayangkan, sampai sekarang saya tidak berani menunjukkan hasil karya saya bahkan ke anggota keluarga. Seluruh naskah masih saya simpan di file komputer atau di laci terkunci. Tau kenapa? hanya karena saya MALU jika karya saja jelek dan jauh dari ekspektasi. Saya baru tersadar sekarang, betapa pentingnya menanyakan pendapat ke beberapa orang terdekat hanya untuk sekedar memberi penilaian.

Merasa terlalu tua
Tidak ada kata terlalu tua untuk menuliskan kisah Anda sendiri. Buktinya, penulis pemenang penghargaan Pulitzer dan Nobel, Toni Morrison, baru mempublikasikan buku pertamanya di usia 39 tahun. Anggap saja Anda harus merasakan dan hidup di dalam cerita Anda itu, sebelum benar-benar bisa menuliskannya.
Nb : Yang ini mungkin masih jauh dari alasan saya. Karena saya masih berumur 21 tahun (walau kadang diri sendiri sudah merasa tua), mungkin saya masih bisa merealisasikan mimpi saya menjadi penulis 'sesungguhnya' -dalam hal ini menerbitkan buku-. Namun, ketakutan terbesar saya, jika saja saya tidak bisa konsisten menyelesaikan sebuah naskah, sampai kapan saya bisa menerbitkan buku? Sedangkan penerbit saja membutuhkan waktu maksimal 3-4 bulan untuk mengevaluasi naskah. Belum lagi ada proses editing, masuk proses percetakan dll. Bisa bayangkan jika anda tidak mulai menulis dari sekarang?

Takut tak akan selesai
Salah satu ketakutan para penulis, khususnya pemula, adalah bahwa mereka tidak akan sanggup menyelesaikan buku yang sedang ditulis. Setelah menulis beberapa bab yang seru dan menakjubkan, tiba-tiba saja inspirasi itu hilang dan tulisan pun berhenti begitu saja. Ada seorang penulis yang telah menuliskan bab pertama dari bukunya selama 40 tahun, lalu ia merasa bahwa ia tidak akan bisa menuliskan bab-bab selanjutnya. Untuk mengatasinya, Anda bisa berkomitmen pada diri Anda, misalnya untuk menulis 100, 200, atau 500 kata per hari. Novelis sekaligus jurnalis terkemuka dari Inggris, Graham Greene misalnya, hanya menulis 500 kata dalam sehari. Ia akan berhenti menuliskannya, meskipun ketika itu sedang berada di tengah-tengah kalimat.
Nb : Saya sudah mulai menerapkan sistem ini. Maksimal menulis 1 lembar MS. Word A4 per hari. Namun, saya masih tidak konsisten dengan sistem saya sendiri. Tapi, setelah membaca artikel ini, saya akan kembali memulai sistem saya ini. Dan saya harap begitupun dengan anda

Takut ditolak
Anda memiliki sebuah kisah petualangan hebat, yang akan memukau semua orang. Anda juga telah menceritakan sebuah kisah romantis yang akan membuat orang terharu sekaligus berdecak kagum. Namun, Anda merasa takut jika tak ada penerbit yang berniat untuk menerbitkan buku Anda. Atau telah mencoba untuk mengirimkan naskah-naskah Anda tapi tidak ada yang berhasil. Jangan berhenti menulis hanya karena hal itu, karena kini sudah banyak fitur penerbitan buku secara mandiri atau yang biasa disebut dengan self publishing. Jangan lupa juga, bahwa internet telah memberikan banyak kemudahan bagi diri manusia. Anda bisa memasukkan tulisan Anda ke dalam blog dan biarkan jutaan orang di luar sana membaca tulisan Anda.
Nb : Saya yakin perasaan takut ini ada di benak semua penulis. Begitupun dengan saya. Tapi, secara pribadi, saya kurang suka dengan fitur penerbitan self publishing (ini hanya pendapat saya pribadi, untuk yang mau mencoba saya tidak melarang koq) karena (lagi-lagi pendapat saya sendiri) rasanya kurang gimana gitu kalau buku kita tidak keluar dan terpajang di toko buku.

Merasa bahwa orang lain mampu menulis dengan lebih baik
Ketika sedang menulis suatu cerita, mungkin saja Anda berpikir bahwa banyak orang di luar sana yang telah menuliskan kisah yang sama, bahkan dengan jauh lebih baik. Namun, camkan satu hal dalam diri Anda, bahwa tidak ada seorang pun yang memiliki cara menilai sesuatu sama seperti Anda atau mendeskripsikan suatu kejadian sama dengan Anda. Tulislah cerita yang benar-benar ingin Anda tulis. Pikirkan tentang suatu cerita yang ingin sekali Anda baca, tapi tak pernah ada. Dengan demikian, Anda akan bisa menuliskan sebuah cerita yang hanya Anda yang  mampu menuliskannya. 
Nb : Ini so pasti. Banyak penulis senior lainnya yang mampu menulis lebih baik dari saya (kalau enggak, gak mungkin mereka bisa menerbitkan buku beberapa kali). Kadang saya ngiri sama banyak penulis, kenapa mereka bisa dengan mudah 'menumpahkan' apa yang ada di pikiran mereka ke sebuah tulisan. Tapi, ini bukan akhir dari segalanya bagi penulis pemula. Justru dengan begini, seharusnya menjadi motivasi untuk yang lainnya untuk bisa menghasilkan karya yang baik juga. :)

Kesimpulan : Dari artikel ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa menulis itu hanya memerlukan hal-hal sederhana berupa : Kepercayaan diri, konsisten, disiplin, menghilangkan rasa takut, dan banyak membaca serta latihan menulis. Jangan takut untuk memulai sebuah naskah dengan bahasa yang berantakan, kan nanti ada waktu kita mengedit sendiri tulisan kita sebelum dikirimkan. Disitulah, kita bisa kembali melihat apa kesalahan dan tata bahasa yang tidak sesuai dengan EYD. Yang terpenting juga adalah semangat untuk melihat buku kita terpajang di rak toko buku 'Best Seller'. Gimana tuh? Asik kan! Keren? so pasti! Terakhir, sempurnakan semua itu dengan tetap berdoa kepada Tuhan. Minta bimbinganNya untuk melancarkan seluruh kegiatan kita ke depan. Dijamin, hasil kamu akan lebih baik lagi jika berserah dan berpasrah kepada Tuhan. Akhir kata, ayo kita sama-sama menulis dan menghasilkan karya. Jangan Plagiat yaa. Karena itu sama saja dengan Nol Besar! Gak ada yang patut di banggain dari hasil plagiasi. Oke.. Sampai berjumpa di rak buku.. :)

Source : [Tika/Mizan.com, Diolah dari: Oprah.com] 
Pic Source : Google
Nb : Tulisan dengan warna merah pada artikel diatas adalah komentar saya sendiri, bukan dari sumber Artikel !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar