THE FATE
Kang Chi POV
Ini
adalah tahun ke 422, aku menjalani, kehidupanku.. sendirian..
Aku melihatnya, berjalan ke
arahku, wajah itu, tidak salah lagi. Dia adalah wanita yang aku cari sampai
saat ini. Ia adalah satu-satunya wanita yang membuatku ingin menjadi manusia.
Ia adalah seseorang yang paling aku rindukan selama empat ratus dua puluh dua
tahun kehidupan abadiku. Keinginanku bertemu dengannya yang membuatku
bersemangat menjalani kehidupan abadi yang menyakitkan ini.
“Yeo wool-a.”
Saat
kita bertemu lagi, aku akan mengenalimu lebih dulu. Saat kita bertemu lagi, aku
akan mencintaimu lebih dulu.
“Yeo Wool-a.” Mataku
berkaca-kaca. Aku melihat raut wajahnya berubah. Perlahan-lahan ia menurunkan
pistol yang tadinya ia arahkan kepadaku. Ia melihatku dengan bingung.
“Kenapa.. kau bisa tahu namaku?”
Ia bertanya. Suara indahnya masih sama. Bahkan.. namanya pun.. masih sama.
Mampu membuat detak jantungku bertambah cepat. Entah karena apa, mungkin karena
kerinduanku yang tiba-tiba membuncah ketika bisa melihatnya lagi setelah
melewati empat ratus dua puluh dua tahun yang menyedihkan. Sendirian.
“Apa kau mengenaliku?” Ia masih
bertanya. Raut wajahnya masih kebingungan.
Ya, aku mengenalmu. Sangat mengenalmu. Apa kau tidak mengenaliku?
Ya, aku mengenalmu. Sangat mengenalmu. Apa kau tidak mengenaliku?
Aku hanya terdiam tanpa menjawab.
Aku berusaha agar tangisku tidak pecah. Walau wajah mereka sama. Tapi tetap, ia
bukan yeo wool yang dulu. Karena waktu sudah banyak berubah, sejak terakhir
kali aku bertemu dengannya.
“Mungkin aku mengenalimu, mungkin
juga tidak.” Kulihat ia semakin kebingungan atas jawabanku. Dan aku hanya
tersenyum.
Dan..
waktu kami yang pernah terhenti dulu.. kini perlahan.. bergulir kembali..
Aku tahu ini pertanda, janji kami
akan terpenuhi. Dibawah bunga sakura kali pertama kami bertemu. Dibawah pohon
sakura jugalah, kami bertemu kembali setelah empat ratus dua puluh dua tahun
terpisah. Kali ini aku tidak takut lagi. Dengan langkah mantap, aku berjalan ke
arahnya yang terlihat sedikit takut dengan mengambil beberapa langkah mundur.
Kesempatan ini. aku tidak akan menyia-nyiakannya.
***
Yeo Wool POV
“Yeo Wool-a” Ia memanggil namaku.
Tidak. Kenapa ia bisa tahu namaku? Aku sepertinya, tidak pernah.. ah.. Rasanya
pernah. Entah kapan. Mungkin dulu sekali. Aku melihat wajah pria di hadapanku
ini. Ada yang aneh dengan diriku. Kenapa aku tiba-tiba ingin menangis? Kenapa
aku jadi lemah seperti ini? Kenapa.. aku.. sepertinya.. aku..
“Yeo Wool-a.” Ia kembali
memanggil namaku. Ia mulai mendekat. Dan aku malah mengambil langkah mundur.
Bukan karena takut. Tapi, karena aku tidak bisa mengontrol detak jantungku saat
ini. Kenapa rasanya sesak. Kenapa..
“Yeo Wool Aggashi (nona).” Kudengar suara Sung Jun sudah berdiri dibelakangku
dengan beberapa anggota kepolisian lainnya. “Kau tidak apa-apa?” tanyanya lagi.
“Tidak apa-apa.” Jawabku masih
belum tersadar sepenuhnya. “Bagaimana buronannya?” aku bertanya lagi. Baru
teringat kalau misiku tadi kemari untuk mengejar buronan. Hanya, terhenti
karena aku mendengar suara teriakan minta tolong.
“Sudah kami tangkap. Ayo kita
kembali ke kantor pusat. Mereka pasti ingin segera tahu kabar baik ini.” Sung
Jun menggiringku ikut dengannya. Namun, tatapanku masih belum terlepas pada
pria tadi. Yang entah mengapa, padahal aku baru saja bertemu dengannya. Tapi,
aku merasakan ikatan kuat dengannya. Aku berbalik untuk kembali ke kantor
pusat. Mencoba tidak memperdulikan pria yang sedari tadi memanggil namaku itu.
“Yeo Wool-a.. Yeo Wool-a..” Aku
tidak tahan. Semakin ia memanggil namaku, rasanya dada ini semakin sesak.
Akhirnya, aku berbalik dan mengucapkan satu kalimat yang akhirnya aku sesali
bisa keluar dari mulutku ini.
“Maaf, tapi, saya tidak mengenal
anda.”
***
Kang Chi POV
Maaf,
tapi, saya tidak mengenal anda.
Perkataan itu selalu
terulang-ulang dibenakku. Arghh! Aku mengacak-acak rambutku. Kenapa saat kita
kembali bertemu. Dia yang tidak mengenaliku. Kenapa ia, bahkan tidak tersenyum
sama sekali. Apa benar-benar, dia sudah tidak mengenaliku?
Ting Tong.. Ting Tong..
Dengan malas, aku berjalan ke
pintu apartment. Dan, betapa terkejutnya aku ketika melihat Gon dan seseorang
berpakaian putih mengenakan kaca mata hitam sudah berdiri tegap di ambang pintu.
Ia menunjukkan nametagnya seraya berkata. “Bang Sung Jun, kepala kepolisian
pusat Seoul. Apa benar ini kediaman Tuan Choi Kang Chi?” Aku hanya melongo
sejenak. Sampai fokusku teralih pada seorang pria paruh baya yang berada di
belakang Gon (aku memanggil Sung Jun dengan Gon, karena dia memang mirip Gon
temanku). Ia melepas kacamata hitamnya dan tersenyum. “Yoo Dong Geun. Kepala
Divisi kepolisian Korea Selatan.” Ia juga menunjukkan name tagnya. Hampir saja
aku berlari memeluk mereka, kalau aku tidak ingat kalau ini adalah tahun dua
ribu tiga belas. Aku mempersilahkan mereka masuk dan duduk. Kami terdiam
sejenak. Waktu ternyata memang sudah berlalu terlalu cepat. Padahal aku masih
ingat terakhir kali aku bertemu dengan Tuan Lee Soon Shin dan meminta
nasihatnya. Tapi sekarang, kami bertemu dalam sosok yang berbeda satu sama
lain. Tidak saling mengenal seperti dulu. Tiba-tiba aku terpikir. Bagaimana
kalau saat itu aku memutuskan untuk menjadi manusia. Bagaimana kalau aku tidak
hidup dalam keabadiaan. Apa aku akan mengenal Yeo Wool. Apa takdir kami akan
sama? Atau ternyata aku tidak dapat bertemu mereka kembali. Apa kami akan tetap
memiliki suatu ikatan hubungan yang bernama takdir?
“Jadi. Saya dengar anda
membutuhkan bodyguard pribadi untuk melindungi anda.” Gon memulai pembicaraan.
Aku hanya mengangguk kecil. “Kami akan mengutus bodyguard paling terlatih dari
kepolisian dan..”
“Aku mau Dam Yeo Wool!” Aku
memotong pembicaraan dengan satu kalimat pasti. Kalimat perintah. Gon terlihat
kebingungan dan ingin menolak. Tapi, sebelum itu terjadi aku menatap mereka
dengan tajam. Saat ini, aku adalah Choi Kang Chi pemilik perusahaan ternama dan
berpengaruh di Seoul. Mereka tidak mungkin menolak permintaanku kan? Walau
terdengar egois dan arogan, tapi aku tetap memutuskan untuk mengulang kalimat
itu kembali dengan nada lebih tinggi.
“Aku mau.. Dam Yeo Wool.”
***
Yeo Wool POV
Sung Jun memberiku perintah untuk
menjadi body guard pribadi presiden Choi Corporation. Katanya, presiden sendiri
yang menunjuk namaku secara pribadi. Entahlah, ini bisa dianggap sebagai suatu
kehormatan atau malah penghinaan besar-besaran. Jadi, disinilah aku berada
sekarang. Sebuah pent house besar dengan pencahayaan remang-remang. Ruangan ini
sepertinya terlalu besar untuk ditinggali seorang diri. Aku dengar presiden
belum mempunyai pasangan dan tinggal sendiri di pent house ini. Mataku menjelajahi
setiap sudut ruangan ini. Semuanya penuh dengan barang-barang kuno peninggalan
sejarah. Namun, penglihatanku hanya terarah pada sebuah sudut yang dipenuhi
dengan benda-benda yang cukup menarik perhatianku. Sebuah guci kuno yang aku
yakini isinya adalah obat. Belum lama ini aku melihat seorang pria tua yang
berhasil menemukan ramuan obat mujarab yang katanya berumur ratusan tahun dan
memegang guci yang sama persis dengan yang aku lihat sekarang. Sebuah kotak
kayu kecil yang entah apa kegunaannya. Sebuah pedang dengan corak bunga sakura
didalamnya. Dan yang paling menarik perhatianku, adalah sebuah pedang berwarna
aqua yang terletak paling tinggi dari barang-barang lainnya. Kentara sekali
kalau pedang itu adalah yang paling dikhususkan dari semuanya. Bahkan diberikan
pigura kaca dan dihiasi cahaya lampu. Mataku tidak bisa lepas dari pedang itu.
Rasanya, aku juga pernah melihat pedang itu. Bahkan, sepertinya, aku merasa
jiwaku dan pedang itu menyatu. Seperti sebuah rasa sayang pada benda yang
paling kita sukai. Bahkan, mataku tiba-tiba terasa panas dan dadaku terasa
sesak. Sama seperti ketika aku bertemu dengan pria itu. Pria yang aku temui di
taman itu. Siapa dia?
“Dam Yeo Wool.” Sebuah suara
mengagetkanku dan langsung membuatku segera berpaling ke sumbernya. Wajahnya
tidak begitu terlihat karena dia berdiri di sudut ruangan yang tidak tertimpa
cahaya. Aku langsung membungkuk, dan memperkenalkan diri.
“Nama saya..”belum sempat aku
melanjutkan pembicaraanku, pria itu memotongny, “Dam Yeo Wool, dua puluh dua tahun,
wakil kepala kepolisian pusat wilayah Seoul.” Ia tersenyum. Kini wajahnya sudah
terlihat sepenuhnya. Dia.. dia.. adalah pria yang kulihat di taman waktu itu.
“Kang Chi. Namaku Choi Kang Chi.”
Ia mengulurkan tangannya seraya tersenyum. Aku membalas uluran tangannya seraya
mengulang-ulang namanya dalam hati. Choi Kang Chi. Nama itu tidak asing.
“Bagaimana.. kau bisa tahu
namaku? Ng. Maksudku, saat kita bertemu di taman kemarin.” Tanpa berbasa-basi,
aku langsung bertanya. Dan reaksi pria bernama Choi Kang Chi itu hanya
tersenyum.
“Mungkin, inilah yang namanya
takdir.”Ia berkata lirih. Namun, perkataannya itu justru membuatku luluh. Dan
tanpa kusadari, aku mulai mengulaskan sebuah senyum. Sebuah kegiatan yang
jarang sekali aku lakukan. Seorang Dam Yeo Wool yang berpikiran kedepan dan
tidak percaya dengan yang namanya nasib atau apapun yang berhubungan dengan
itu. Kini...
Apa
sekarang.. aku mulai percaya dengan yang namanya.. takdir ?
***
Kang Chi POV
Hal terakhir yang membuatku tidak
kalah terkejut datang dari Tae Seo. Ah, bukan. Namanya sekarang adalah Yeon Suk.
Beberapa hari yang lalu, ia mengenalkanku pada pacarnya Lee Yoo Bi. Aku begitu
terkejut, karena wajah Lee Yoo Bi mirip sekali dengan Chung Jo yang adalah adik
dari Tae Seo. Mungkin, ini yang namanya takdir. Di masa lalu, mereka mungkin
saudara, tapi kini, mereka adalah pasangan. Tetap sama-sama mempunyai sebuah
hubungan yang spesial kan? Aku percaya, kami tetap terhubung dengan sebuah
jalinan benang merah yang namanya takdir masa lalu. Kenapa aku begitu percaya?
Namanya. Sampai saat ini, hanya namanya saja yang sama dengan empat ratus dua
puluh dua tahun yang lalu. Dam Yeo Wool.
Jadi, beginilah sekarang. Aku
tidak bisa merubah yang sudah terjadi dan mengatur yang akan terjadi. Aku tidak
bisa memaksa Yeo Wool untuk mengingatku, dan menyuruhnya untuk memiliki
hubungan yang sama seperti dulu. Yang bisa aku lakukan sekarang, aku menjalani
kehidupanku seperti air yang mengalir. Dan berusaha untuk mendapatkan kembali
hatinya, seperti dia dulu berusaha keras untuk merebut hatiku. Dan, aku
percaya, takdir kami pun akan sama. Karena empat ratus dua puluh dua tahun yang
lalu kami memiliki hubungan yang sangat spesial, jadi kali ini pun, aku yakin,
kami juga akan memiliki hubungan yang istimewa. Namun, aku tahu butuh proses
untuk mendapatkannya.
Bagiku,
ini bukanlah suatu hukuman atau pembalasan. Untuk membuatmu kembali padaku, ini
adalah sebuah kesempatan yang diberikan Tuhan. Dan seperti janjiku dahulu
padamu, saat kita bertemu lagi, akulah yang akan mengenalimu lebih dulu, saat
kita bertemu lagi, akulah yang akan mencintaimu lebih dulu.
END
Note : **FanFiction ini diikutkan untuk lomba di kutudrama
Personal Note : FanFiction ini dibuat dalam waktu kurang dari 2 jam, alias ngebut. Belum lagi diendapkan dulu selama kurang lebih 1 jam, baru aku posting di komennya. Jadi, maaf kalau memang terlihat alurnya sedikit berantakan. Yah, bisa dibilang aku cukup puas dengan ending Gu Family Book yang menurutku memang masuk akal dengan konsep cerita awalnya. Jadi, aku hanya menambahkan saja beberapa momen yang menurutku seharusnya dibuat lebih panjang dari pada sekedar pertemuan dibawah pohon sakura. So. Enjoy ! ^^
Pic Source : www.kutudrama.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar