Welcome

God is good all the time

Jumat, 19 Juli 2013

Spread the love and stop bullying!





Aku akan menceritakan kisahnya. Kisah tentang seorang wanita yang bangkit dari bullying. Kisah tentang perjuangan panjang, berat dan berliku. Dengan kemampuan terbatas, ia mencoba bebas dari belenggu kejam bernama bullying. Kisah yang patut di contoh dari perjuangan  seorang anak manusia dalam menghadapi arus masalah dan berusaha untuk bermuara di sungai kebahagiaan.

Kisahnya

Kegiatan rutin yang setiap pagi ia lakukan, hanya membersihkan sisa-sisa lem yang menepel di roknya sebelum bel pelajaran dimulai. Belum lagi menghadapi tatapan tidak suka dari seluruh penjuru ruang kelas. Kejadian paling ekstreme yang pernah diterimanya adalah sesuatu yang bahkan hampir menyebabkannya kehilangan nyawanya. Tidak lain dan tidak bukan, ia sedang dibully. Ia hanya bisa diam dan menerima perlakuan aneh para murid yang lain. Dia tidak berkuasa, dia tidak kaya, dia tidak pintar, dia tidak cantik. Dia hanya seorang wanita yang mengenakan kacamata tebal dengan rambut bob punggung dan poni seperti dora. Dia hanya seseorang dengan ranking ke dua puluh sekian dari empat puluh siswa. Dia hanya seorang wanita yang bertubuh pendek dan sedikit gempal. Intinya, ia hanya salah satu dari sekian milyar manusia yang memiliki nasib kurang beruntung.

Ia tidak marah, saat ada yang tiba-tiba memukul kepalanya. Ia tidak marah, saat ada yang menyiramnya dengan seember air. Ia tidak marah, saat ada yang melemparnya dengan telur mentah. Ia tidak kesal, ketika ada yang menamparnya dan menyuruhnya berlutut mencium kaki salah seorang yang mencelanya. Ia tidak membalas, ketika ada seseorang yang mendorongnya ke lumpur saat musim hujan. Ia menerima itu mentah-mentah, menelannya bulat-bulat.

Sesekali, ia tertawa, saat sedang sibuk dengan buku tulisnya. Entah apa yang dipikirkannya. Mungkin dia membalas mereka melalui pikiran atau tulisannya. Tidak ada yang tahu. O iya. Ia tidak pernah menangis. Ia tidak pernah memasang wajah seperti seseorang yang dibully. Ia tidak pernah sekalipun menunjukkan wajah marah, biarpun ia sedang diolok mereka. Itu yang ia lakukan, sampai ia lulus dari SMA. Dan, aku pun tidak pernah tau, apa yang dia lakukan setelah itu.

Hingga…

Aku bertemu kembali dengannya. Di tempat yang sederhana. Sebuah kafe kecil di pinggiran kota Jakarta. Ia sedang duduk termenung memandang jendela. Sesaat, aku sempat mengerjapkan mata berkali-kali. Tidak salahkah pemandangan di depanku ini? Ia kini sudah berubah. Menjadi sosok yang jauh berbeda. Ia mengenaliku dan menyapaku dengan senyum khasnya. Kini dia bukan lagi wanita culun berkaca mata tebal. Ia bukan wanita yang mirip dengan dora. Dan sekarang, bentuk tubuhnya bisa dibandingkan dengan model atau para artis.

Ia tahu aku bingung. Ia tahu aku kaget. Ia lihat perubahan wajahku. Oleh karena itu, ia bercerita. Seluruh kisahnya. Dari seseorang yang aku kenal saat SMA, perubahannya dari kuliah, hingga perjuangannya menjadi seorang Direktur Pemasaran saat ini. Bahkan, ia juga menjadi seorang penulis sebagai pekerjaan sampingan. Dia berkata padaku, kalau hal yang ia alami sewaktu SMA adalah hal yang menginspirasinya. Dia bilang, mentalnya justru diasah saat seseorang memandang rendah terhadapnya. Melakukan perbuatan terkeji semampu mereka. Bohong katanya, kalau berkata ia tidak marah. Ia marah! Ia kesal! Ia benci! Tapi, ia tidak menyimpan semua itu sebagai dendam. Rugi katanya. Aku bertanya, apakah tidak ada pikiran untuk membalas mereka semua? Ia menjawab lantang. Tentu saja ada! Tapi, jawabannya membuatku terkejut. Ia akan membalas mereka, bukan dengan perbuatan kotor yang sama. Ia akan membalas mereka, dengan kesuksesan dirinya yang sekarang. Karena, ia percaya. Seseorang yang menabur kejahatan, akan menuai kejahatan pula. Dan orang yang seperti itu tidak akan pernah sukses. Jadi, ia membalas mereka dengan menulis setiap impiannya. Ia mengeluarkan buku yang sudah lusuh dari tasnya. Aku ingat buku itu, buku yang sama, yang selalu membawa tawa dan senyum saat ia membuka dan menorehkan tinta di kertas putihnya. Buku Impian katanya. Ia menulis setiap kesuksesan yang ingin ia raih, setiap impian yang ingin ia capai. Itu yang menyemangatinya. Bukan berarti, ia lantas mendapatkan kemulusan untuk langsung meraih mimpinya. Ia juga terjatuh beberapa kali, tapi, ia tidak sampai tergeletak. Ia bangkit. Tujuh kali ia jatuh, tujuh kali pula ia bangkit.

Ah! Aku tertohok. Betapa malu diriku. Sekarang, jabatannya jauh melebihiku. Bahkan, beberapa teman yang aku kenal pernah membully dia, tidak ada apa-apanya bilang dibandingkan dengannya. Lucu. Aku ingin tertawa, tapi mungkin akan terasa hambar. Air mata haru justru yang keluar. Kafe yang awalnya menjadi lokasi meetingku, malah berubah menjadi tempat titik balik dalam hidupku. Aku banyak belajar darinya, perjuangan hidupnya, kegigihan mentalnya, dan tentu saja kebaikan hatinya. Terima kasih, engkau telah memberikan sedikit pengertian, bahwa tidak semua orang lemah akan berakhir lemah, dan tidak semua orang yang kuat, tidak akan tersandung lalu jatuh.

Jadi..

Aku ingin menceritakan kepadamu. Ya, kepadamu! Yang membaca tulisanku saat ini. Siapapun itu. Baik engkau seseorang yang sedang di bully, maupun yang sedang membully. Tidak selamanya roda kehidupan manusia selalu berada diatas. Kadang kala, mereka ingin bermain-main denganmu dan memutarnya sampai ke titik yang paling rendah. Apakah engkau sanggup memutarnya kembali ke atas, atau kau ingin terus tertindih dibawah? Itulah titik balikmu. Dan, engkau yang suka membully. Ingatlah, yang namanya tabur tuai atau yang biasa kita dengar dengan sebutan karma itu selalu ada. Mereka akan mengejarmu dan meminta pertanggungan jawab darimu. Jangan mengejek, melakukan perbuatan kotor, mengolok, bahkan menghina orang lain, karena engkau tidak pernah tahu apa yang akan terjadi padanya atau pada dirimu sendiri.

Spread the love and stop bullying!

Tulisan ini diikut sertakan untuk kampanye anti bullying dan juga lomba #UnfriendYou

Tidak ada komentar:

Posting Komentar