Welcome

God is good all the time

Senin, 14 Januari 2013

[Cerpen] Cinta Tak Mungkin Berhenti - By MoccaFree


Alohaa.. Akhirnya, setelah menimbang-nimbang dengan saksama *cieileehh*, saya memutuskan untuk memposting tulisan cerpen yang saya buat ketika mendengar lagu Tangga-Cinta Tak Mungkin Berhenti. Jujur, saya membuat tulisan ini agak terburu-buru, dan hanya mengedit sekali jalan. Jadi harap maklum ya, jika kurang terasa feel nya. Hanya, saya merasa, sayang sekali kalau cerita ini hanya saya simpan di laptop saja. Saya ingin ada yang bisa membacanya dan juga menikmatinya. So, tak perlu berlama-lama, enjoy the story .. ^^

WARNING : DILARANG MENG-COPY/PASTE TULISAN INI KEDALAM SITUS WEB MANAPUN TANPA SEIJIN AUTHOR ATAU TANPA MENCANTUMKAN CREDIT !! JANGAN MELAKUKAN TINDAKAN PLAGIAT !!



Terinspirasi dari : Cinta tak mungkin berhenti – Tangga


                    “Dav, tolong rubah keputusanmu. Jangan tinggalin aku Dav. Kumohon.” Faya menatap nanar kearah Davi. Pria dengan tinggi sekitar 180 cm itu hanya membalas dengan tatapan sinis. Tidak menghiraukan permohonan Faya, Davi tetap saja menyeret koper besar hitamnya sampai ke bagasi mobil.
                “Dav, kumohon! Kenapa kamu tega ninggalin aku? Tolong jangan pergi.” Kini Faya menghalangi Davi untuk memasukan kopernya ke bagasi dengan tubuhnya. Air mata sudah berlinang dari mata hitam indah gadis mungil di hadapannya. Mata bulatnya yang dulu bersinar dan bagai mentari bagi Davi, sekarang mendung bagai langit sore. Ingin sekali dia memeluk Faya dan membawanya bersamanya. Namun, itu sama saja dengan membawa kepingan kenangan terburuk yang ingin ia buang jauh-jauh. Ini adalah keputusan terbaik bagi Faya dan juga dirinya. Pergi, tanpa membawa satupun kenangan yang tersisa, mencoba hidup yang lebih baik dan bukan mustahil ia bisa mengobati luka itu dan mencoba kembali untuk merebut gadis ini dan dijadikan miliknya.
                Davi mendorong Faya hingga terjatuh ke tanah, sebelum masuk ke mobil ia sempat mengatakan sesuatu yang membuat Faya makin terisak. “Gak ada yang harus meninggalkan dan ditinggalkan Fay. Kita sudah tidak punya hubungan apa-apa. Jadi tolong jangan menghalangiku.” Dan mobil sport putih itu pun melaju kencang meninggalkan Faya yang makin histeris.
                 
                     Maaf.. hanya beribu maaf yang bisa aku ucapkan dalam hati.. aku memang bodoh, aku yang takut akan kenangan buruk itu yang mungkin akan kembali menyeruak ke permukaan, aku yang pengecut tidak berani memilih yang terbaik dalam hidupku. Namun, aku rasa ini yang terbaik untukku terlebih untukmu. Kamu lebih pantas mendapat seseorang yang jauh lebih baik dariku. 
Di dalam mobil, Davi hanya menoleh ke kaca jendela, pandangannya kosong walau terlihat menerawang sepanjang jalan. Sesuatu yang hangat mengalir dari matanya, membuat Davi mendapat kembali kesadarannya. Namun, satu yang membuatnya terkaget. Itu air matanya. Ia menangis!
***
                Kenangan buruk itu menyeruak kembali seminggu yang lalu. Saat Davi menyadari bahwa Faya, gadis yang sangat ia cintai adalah anak dari pembunuh ayah yang disayanginya. Keluarga satu-satunya yang pernah ia punya. Tidak pernah terbesit sedikitpun pikiran yang ternyata harus dia alami dalam hidunya saat ini. Tentu saja, bukan berarti dia dengan mudah melupakan Faya. Gadis itu tetaplah wanita satu-satunya yang memiliki ruang khusus dalam hati Davi. Namun, karena terlalu takut dan rasa benci yang berlebih, Davi memutuskan untuk melepaskan perasaannya pada Faya. Dengan meninggalkan gadis itu. Memang, semua itu bukanlah kesalahan Faya. Tapi, dia hanya butuh ketenangan saat ini, dan itu tidak mungkin ia dapatkan jika ia terus bersama dengan Faya. Wanita yang meninggalkan kenangan manis dalam hidupnya dan juga kenangan pahit tersendiri. Davi memilih untuk ‘mengasingkan’ diri ke New York untuk menyembuhkan hatinya sementara ini.
***
                Cinta tak mungkin berhenti.. secepat saat aku jatuh hati.. jatuhkan hatiku kepadamu sehingga hidupku berarti
                Cinta tak mudah berganti.. Tak mudah berganti jadi benci..walau kini aku harus pergi tuk sembuhkan hati..
***
                Sudah enam bulan sejak kejadian itu. Davi masih di New York dan masih dalam tahap menyembuhkan hatinya. Enam bulan sudah ia meninggalkan Jakarta dan tentunya Faya. Kebencian yang dulu meliputinya semakin berkurang, malah rasa rindu yang kini menguasainya. Rindu akan Faya, gadis yang selama ini terus menerus hadir dalam mimpinya. Dia merasa sudah cukup untuk mengasingkan dirinya dan berencana kembali ke Jakarta dalam waktu dekat ini. Ternyata sudah terbukti, kalau selama ini Faya-lah yang paling penting dalam hidupnya, bukan dendamnya. Davi memutuskan untuk mengecek e-mail yang selama ini ditelantarkannya. Dan dia kaget menemukan banyak sekali e-mail, khususnya dari Faya.

                From     : Faya Claudia <f.claudy@web.co.id>
                To           : Davidio Hermawan <dio.davi@web.co.id>
                Subject : I miss you
                Davi, kamu dimana? Tolong kembali kemari, aku benar-benar merindukanmu.

                From     : Faya Claudia <f.cloudy@web.co.id>
                To           : Davidio Hermawan <dio.davi@web.co.id>
                Subject : I miss you
                Davi.  Aku benar-benar meminta maaf untuk kesalahan yang diperbuat ayahku. Aku sangat berharap kalau kejadian itu sama sekali tidak mempengaruhi hubungan kita. Kumohon! Kembalilah.

Senyum Davi mengembang melihat satu persatu e-mail dari Faya. Ia merasa tenang karena gadis itu ternyata masih memiliki perasaan yang sama dengannya. Namun, dahinya mulai berkerut ketika membaca beberapa e-mail yang tersisa.

From      : Faya Claudia <f.cloudy@web.co.id>
                To           : Davidio Hermawan <dio.davi@web.co.id>
                Subject : I miss you
                Davi.. where are you now? Selamatkan aku dari sini. Ayahku ingin menikahkanku dengan anak rekan kerjanya. Dan aku tidak mau. Kalau saja kau bisa datang untuk menolongku. Aku ingin pergi dari sini.

From      : Faya Claudia <f.cloudy@web.co.id>
                To           : Davidio Hermawan <dio.davi@web.co.id>
                Subject : I miss you
                Apa kau benar-benar membenciku? Apa kau benar-benar tidak ingin melihatku lagi? 1 minggu lagi adalah tanggal pernikahanku. Dan aku pastikan akan kabur dari pernikahan itu. Aku lebih senang kalau kau yang membantuku melarikan diri dari sini. Mau kah?

From      : Faya Claudia <f.cloudy@web.co.id>
                To           : Davidio Hermawan <dio.davi@web.co.id>
                Subject : I miss you
Handphonemu tidak aktif, dan e-mailku tidak pernah kau balas. Kau sengaja untuk melarikan diri dariku? Atau kau sengaja tidak pernah membalas e-mailku? Apapun itu, aku mengerti. Karena aku berada di pihak yang salah. Tapi, kali ini aku sangat memohon. Besok! Besok aku akan menjadi pengantin orang lain dan aku tidak mau! Aku.. percaya padamu Davi. Kau pasti akan menyelamatkanku besok. Iya.. kan?

From      : Faya Claudia <f.cloudy@web.co.id>
                To           : Davidio Hermawan <dio.davi@web.co.id>
                Subject : Good Bye
                Davi.. aku sengaja menulis e-mail ini lebih pagi dan mungkin akan lebih panjang dari sebelumnya. Aku sudah menunggumu selama ini dan kau tidak pernah datang atau bahkan membalas satu e-mail saja dari puluhan email yang kukirim. Apa kau masih tidak bisa memaafkanku? Apa kau tidak bisa merubah hatimu? Sedikit saja. Dari sekian banyak kenangan manis yang kita lalui, apa tidak ada satu kenangan saja yang meluluhkan hatimu? Apa hatimu masih diliputi benci? Kau tahu, mungkin kau akan menganggap aku ini bodoh, tapi justru sekarang ini aku diliputi akan rasa rindu terhadapmu. Kau tahu hari apa ini? Mungkin kau sudah membaca semua e-mailku, dan kau merestuiku. Tapi, aku tidak akan menjalankan acara itu. Aku tidak mau! Oleh karena itu, aku berusaha kabur seperti e-mailku kepadamu beberapa hari yang lalu. Tapi ternyata, usahaku gagal! Dan sekarang mereka malah memperketat penjagaan sehingga aku tidak bisa keluar, bahkan untuk bernafaspun aku kesulitan. Karena oksigenku adalah dirimu Dav. Ya, tapi sekali lagi prinsipku tetap tidak ingin menikah dengan pria itu! Hanya demi kepentingan perusahaan, aku tidak mau mengorbankan hidupku. Tapi harus dengan cara apa? Hmm. Kau tau aku memikirkan apa? Mungkin kau akan tertawa mendengarnya. Aku yakin kalau kau yang dulu pasti akan melarangku melakukan ini. Tapi, bisa saja mustahil jika itu kau yang sekarang. Aku akan mengakhiri hidupku sekarang ini. Dan kau akan berhenti menerima e-mailku yang mungkin mengganggu kehidupanmu selama ini. Tapi, jujur dari dalam lubuk hatiku yang paling dalam, aku sedih. Sangat sedih. Itu artinya, aku tidak akan bertemu denganmu lagi, tidak bisa melihat senyummu lagi, tidak bisa mendengar suaramu lagi. Kau tahu, wajah sinismu saat terakhir kali kita bertemu, hanya itu yang ada dipikiranku sekarang. Walaupun hatiku perih mengingatnya, tapi itu adalah kenangan terakhirku tentangmu. Aku ingin menuliskan surat untukmu, tapi aku tidak tahu kau dimana. Maka dari itu aku menuliskan e-mail ini sebagai salam perpisahan terakhir dariku. Dan ini adalah bukti kalau kau yang selalu ada dalam hidupku selamanya. Aku.. Mencintaimu.. Davi..
                                                                                                                                                Your love
                                                                                                                                                   Faya

                Davi tidak bisa menghentikan tangisannya, ia hanya bisa membanting seluruh barang diatas meja dan jatuh terduduk di atas tanah. Bukan! Ternyata ia salah! Bukan ini pilihan yang terbaik bagi dia dan Faya. Ini pilihan terburuk. Dendam dan benci yang sudah merubah keadaan. Kalau saja ia tidak takut terhadap segala resiko, mungkin ini tidak akan terjadi, mungkin Faya masih hidup dan bersama dengan dia sekarang.
                “Faya. Maafkan aku. Maaf.” Kini, hanya penyesalan dan kenangan terburuk saja yang akan diingat oleh Davi. Selamanya.

From      : Davidio Hermawan <dio.davi@web.co.id>
To           : Faya Claudia <f.cloudy@web.co.id>
                Subject : I miss you too
Fay, aku baik-baik saja disini. Kamu tidak perlu khawatir. Kata siapa aku tidak merindukanmu? Kau tahu? Setiap detik dalam hidupku hanya kau saja yang selalu ada di hatiku. Hanya kau saja yang memenuhi setiap pikiran dan kenangan dalam hidupku. Kau yang selalu hadir dalam mimpi-mimpiku. Dan, aku sama sekali tidak merestui pernikahanmu. Kata siapa aku rela melihat wanita yang aku cintai menjadi milik orang lain? O iya, ada satu kabar gembira untukmu. Aku… akan segera menemuimu. Aku akan menyusulmu segera. Bagaimana? Kau senang? Iya, kau pasti berbahagia. Maka dari itu, tunggu aku ya. Aku.. juga sangat mencintaimu Faya.

From      : Davidio Hermawan <dio.davi@web.co.id>
To           : Faya Claudia <f.cloudy@web.co.id>
                Subject : This is for you.. J
Cinta tak mungkin berhenti.. Secepat saat aku jatuh hati.. jatuhkan hatiku kepadamu, sehingga hidupku berarti..
Cinta tak mudah berganti.. tak mudah berganti jadi benci, walau kini aku harus pergi untuk sembukan hati..

-END-
Detail : 5 MS Word
Words : 1,427
By : Mocca

Tidak ada komentar:

Posting Komentar