Alohaa.. Akhirnya, setelah menimbang-nimbang dengan saksama *cieileehh*, saya memutuskan untuk memposting tulisan cerpen yang saya buat ketika mendengar lagu Tangga-Cinta Tak Mungkin Berhenti. Jujur, saya membuat tulisan ini agak terburu-buru, dan hanya mengedit sekali jalan. Jadi harap maklum ya, jika kurang terasa feel nya. Hanya, saya merasa, sayang sekali kalau cerita ini hanya saya simpan di laptop saja. Saya ingin ada yang bisa membacanya dan juga menikmatinya. So, tak perlu berlama-lama, enjoy the story .. ^^
WARNING : DILARANG MENG-COPY/PASTE TULISAN INI KEDALAM SITUS WEB MANAPUN TANPA SEIJIN AUTHOR ATAU TANPA MENCANTUMKAN CREDIT !! JANGAN MELAKUKAN TINDAKAN PLAGIAT !!
Terinspirasi
dari : Cinta tak mungkin berhenti –
Tangga
“Dav, tolong rubah keputusanmu.
Jangan tinggalin aku Dav. Kumohon.” Faya menatap nanar kearah Davi. Pria dengan
tinggi sekitar 180 cm itu hanya membalas dengan tatapan sinis. Tidak
menghiraukan permohonan Faya, Davi tetap saja menyeret koper besar hitamnya
sampai ke bagasi mobil.
“Dav, kumohon! Kenapa kamu tega
ninggalin aku? Tolong jangan pergi.” Kini Faya menghalangi Davi untuk memasukan
kopernya ke bagasi dengan tubuhnya. Air mata sudah berlinang dari mata hitam
indah gadis mungil di hadapannya. Mata bulatnya yang dulu bersinar dan bagai
mentari bagi Davi, sekarang mendung bagai langit sore. Ingin sekali dia memeluk
Faya dan membawanya bersamanya. Namun, itu sama saja dengan membawa kepingan kenangan
terburuk yang ingin ia buang jauh-jauh. Ini adalah keputusan terbaik bagi Faya
dan juga dirinya. Pergi, tanpa membawa satupun kenangan yang tersisa, mencoba
hidup yang lebih baik dan bukan mustahil ia bisa mengobati luka itu dan mencoba
kembali untuk merebut gadis ini dan dijadikan miliknya.
Davi mendorong Faya hingga
terjatuh ke tanah, sebelum masuk ke mobil ia sempat mengatakan sesuatu yang
membuat Faya makin terisak. “Gak ada yang harus meninggalkan dan ditinggalkan
Fay. Kita sudah tidak punya hubungan apa-apa. Jadi tolong jangan
menghalangiku.” Dan mobil sport putih itu pun melaju kencang meninggalkan Faya
yang makin histeris.
Maaf.. hanya beribu maaf yang bisa aku ucapkan dalam hati.. aku memang
bodoh, aku yang takut akan kenangan buruk itu yang mungkin akan kembali
menyeruak ke permukaan, aku yang pengecut tidak berani memilih yang terbaik
dalam hidupku. Namun, aku rasa ini yang terbaik untukku terlebih untukmu. Kamu
lebih pantas mendapat seseorang yang jauh lebih baik dariku.
Di dalam
mobil, Davi hanya menoleh ke kaca jendela, pandangannya kosong walau terlihat
menerawang sepanjang jalan. Sesuatu yang hangat mengalir dari matanya, membuat
Davi mendapat kembali kesadarannya. Namun, satu yang membuatnya terkaget. Itu
air matanya. Ia menangis!
***
Kenangan buruk itu menyeruak
kembali seminggu yang lalu. Saat Davi menyadari bahwa Faya, gadis yang sangat
ia cintai adalah anak dari pembunuh ayah yang disayanginya. Keluarga
satu-satunya yang pernah ia punya. Tidak pernah terbesit sedikitpun pikiran yang
ternyata harus dia alami dalam hidunya saat ini. Tentu saja, bukan berarti dia
dengan mudah melupakan Faya. Gadis itu tetaplah wanita satu-satunya yang
memiliki ruang khusus dalam hati Davi. Namun, karena terlalu takut dan rasa
benci yang berlebih, Davi memutuskan untuk melepaskan perasaannya pada Faya.
Dengan meninggalkan gadis itu. Memang, semua itu bukanlah kesalahan Faya. Tapi,
dia hanya butuh ketenangan saat ini, dan itu tidak mungkin ia dapatkan jika ia
terus bersama dengan Faya. Wanita yang meninggalkan kenangan manis dalam
hidupnya dan juga kenangan pahit tersendiri. Davi memilih untuk ‘mengasingkan’
diri ke New York untuk menyembuhkan hatinya sementara ini.
***
Cinta tak mungkin berhenti.. secepat saat aku jatuh hati.. jatuhkan
hatiku kepadamu sehingga hidupku berarti
Cinta
tak mudah berganti.. Tak mudah berganti jadi benci..walau kini aku harus pergi
tuk sembuhkan hati..
***
Sudah enam bulan sejak kejadian
itu. Davi masih di New York dan masih dalam tahap menyembuhkan hatinya. Enam
bulan sudah ia meninggalkan Jakarta dan tentunya Faya. Kebencian yang dulu
meliputinya semakin berkurang, malah rasa rindu yang kini menguasainya. Rindu
akan Faya, gadis yang selama ini terus menerus hadir dalam mimpinya. Dia merasa
sudah cukup untuk mengasingkan dirinya dan berencana kembali ke Jakarta dalam
waktu dekat ini. Ternyata sudah terbukti, kalau selama ini Faya-lah yang paling
penting dalam hidupnya, bukan dendamnya. Davi memutuskan untuk mengecek e-mail
yang selama ini ditelantarkannya. Dan dia kaget menemukan banyak sekali e-mail,
khususnya dari Faya.
From : Faya Claudia <f.claudy@web.co.id>
To : Davidio Hermawan <dio.davi@web.co.id>
Subject : I miss you
Davi, kamu dimana? Tolong
kembali kemari, aku benar-benar merindukanmu.
From : Faya Claudia <f.cloudy@web.co.id>
To : Davidio Hermawan <dio.davi@web.co.id>
Subject : I miss you
Davi. Aku benar-benar meminta maaf untuk kesalahan
yang diperbuat ayahku. Aku sangat berharap kalau kejadian itu sama sekali tidak
mempengaruhi hubungan kita. Kumohon! Kembalilah.
Senyum Davi mengembang melihat satu persatu e-mail dari Faya. Ia merasa
tenang karena gadis itu ternyata masih memiliki perasaan yang sama dengannya.
Namun, dahinya mulai berkerut ketika membaca beberapa e-mail yang tersisa.
From : Faya Claudia
<f.cloudy@web.co.id>
To : Davidio Hermawan <dio.davi@web.co.id>
Subject : I miss you
Davi.. where are you
now? Selamatkan aku dari sini. Ayahku ingin menikahkanku dengan anak rekan
kerjanya. Dan aku tidak mau. Kalau saja kau bisa datang untuk menolongku. Aku
ingin pergi dari sini.
From : Faya Claudia
<f.cloudy@web.co.id>
To : Davidio Hermawan <dio.davi@web.co.id>
Subject : I miss you
Apa kau benar-benar
membenciku? Apa kau benar-benar tidak ingin melihatku lagi? 1 minggu lagi
adalah tanggal pernikahanku. Dan aku pastikan akan kabur dari pernikahan itu.
Aku lebih senang kalau kau yang membantuku melarikan diri dari sini. Mau kah?
From : Faya Claudia
<f.cloudy@web.co.id>
To : Davidio Hermawan <dio.davi@web.co.id>
Subject : I miss you
Handphonemu tidak aktif, dan e-mailku tidak pernah kau balas. Kau sengaja
untuk melarikan diri dariku? Atau kau sengaja tidak pernah membalas e-mailku?
Apapun itu, aku mengerti. Karena aku berada di pihak yang salah. Tapi, kali ini
aku sangat memohon. Besok! Besok aku akan menjadi pengantin orang lain dan aku
tidak mau! Aku.. percaya padamu Davi. Kau pasti akan menyelamatkanku besok.
Iya.. kan?
From : Faya Claudia
<f.cloudy@web.co.id>
To : Davidio Hermawan <dio.davi@web.co.id>
Subject : Good Bye
Davi.. aku sengaja
menulis e-mail ini lebih pagi dan mungkin akan lebih panjang dari sebelumnya.
Aku sudah menunggumu selama ini dan kau tidak pernah datang atau bahkan
membalas satu e-mail saja dari puluhan email yang kukirim. Apa kau masih tidak
bisa memaafkanku? Apa kau tidak bisa merubah hatimu? Sedikit saja. Dari sekian
banyak kenangan manis yang kita lalui, apa tidak ada satu kenangan saja yang
meluluhkan hatimu? Apa hatimu masih diliputi benci? Kau tahu, mungkin kau akan
menganggap aku ini bodoh, tapi justru sekarang ini aku diliputi akan rasa rindu
terhadapmu. Kau tahu hari apa ini? Mungkin kau sudah membaca semua e-mailku,
dan kau merestuiku. Tapi, aku tidak akan menjalankan acara itu. Aku tidak mau!
Oleh karena itu, aku berusaha kabur seperti e-mailku kepadamu beberapa hari
yang lalu. Tapi ternyata, usahaku gagal! Dan sekarang mereka malah memperketat
penjagaan sehingga aku tidak bisa keluar, bahkan untuk bernafaspun aku
kesulitan. Karena oksigenku adalah dirimu Dav. Ya, tapi sekali lagi prinsipku
tetap tidak ingin menikah dengan pria itu! Hanya demi kepentingan perusahaan,
aku tidak mau mengorbankan hidupku. Tapi harus dengan cara apa? Hmm. Kau tau
aku memikirkan apa? Mungkin kau akan tertawa mendengarnya. Aku yakin kalau kau
yang dulu pasti akan melarangku melakukan ini. Tapi, bisa saja mustahil jika
itu kau yang sekarang. Aku akan mengakhiri hidupku sekarang ini. Dan kau akan
berhenti menerima e-mailku yang mungkin mengganggu kehidupanmu selama ini. Tapi,
jujur dari dalam lubuk hatiku yang paling dalam, aku sedih. Sangat sedih. Itu
artinya, aku tidak akan bertemu denganmu lagi, tidak bisa melihat senyummu
lagi, tidak bisa mendengar suaramu lagi. Kau tahu, wajah sinismu saat terakhir
kali kita bertemu, hanya itu yang ada dipikiranku sekarang. Walaupun hatiku perih
mengingatnya, tapi itu adalah kenangan terakhirku tentangmu. Aku ingin
menuliskan surat untukmu, tapi aku tidak tahu kau dimana. Maka dari itu aku
menuliskan e-mail ini sebagai salam perpisahan terakhir dariku. Dan ini adalah
bukti kalau kau yang selalu ada dalam hidupku selamanya. Aku.. Mencintaimu..
Davi..
Your love
Faya
Davi tidak bisa
menghentikan tangisannya, ia hanya bisa membanting seluruh barang diatas meja
dan jatuh terduduk di atas tanah. Bukan! Ternyata ia salah! Bukan ini pilihan
yang terbaik bagi dia dan Faya. Ini pilihan terburuk. Dendam dan benci yang
sudah merubah keadaan. Kalau saja ia tidak takut terhadap segala resiko,
mungkin ini tidak akan terjadi, mungkin Faya masih hidup dan bersama dengan dia
sekarang.
“Faya. Maafkan aku.
Maaf.” Kini, hanya penyesalan dan kenangan terburuk saja yang akan diingat oleh
Davi. Selamanya.
From : Davidio Hermawan
<dio.davi@web.co.id>
To : Faya Claudia
<f.cloudy@web.co.id>
Subject : I miss you too
Fay, aku baik-baik saja disini. Kamu tidak perlu khawatir. Kata siapa aku
tidak merindukanmu? Kau tahu? Setiap detik dalam hidupku hanya kau saja yang
selalu ada di hatiku. Hanya kau saja yang memenuhi setiap pikiran dan kenangan
dalam hidupku. Kau yang selalu hadir dalam mimpi-mimpiku. Dan, aku sama sekali
tidak merestui pernikahanmu. Kata siapa aku rela melihat wanita yang aku cintai
menjadi milik orang lain? O iya, ada satu kabar gembira untukmu. Aku… akan
segera menemuimu. Aku akan menyusulmu segera. Bagaimana? Kau senang? Iya, kau pasti
berbahagia. Maka dari itu, tunggu aku ya. Aku.. juga sangat mencintaimu Faya.
From : Davidio Hermawan
<dio.davi@web.co.id>
To : Faya Claudia
<f.cloudy@web.co.id>
Subject : This is for you.. J
Cinta tak mungkin berhenti.. Secepat saat aku jatuh hati.. jatuhkan
hatiku kepadamu, sehingga hidupku berarti..
Cinta tak mudah berganti.. tak mudah berganti jadi benci, walau kini aku
harus pergi untuk sembukan hati..
-END-
Detail : 5 MS Word
Words : 1,427
By : Mocca
Tidak ada komentar:
Posting Komentar